Senin, 05 April 2010

ani

Aku seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada saat liburan semester aku pulang ke kampungku di Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku jalan-jalan di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat belanja di kota kecil itu. Secara tak sengaja aku memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami yang jarang ditemui pada seorang gadis kota.

Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Ani, berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk menjadi sepasang kekasih.

Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua menonton layar tancap, hal yang sebenarnya cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran. Kami pulang jam sembilan malam atas keinginan Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah pacarku yang sedang sakit keras.

Malam itu dingin sekali, Ani permisi untuk ganti pakaian. Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang sederhana itu aku terpaku, betapa cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar ke perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.

Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut tangannya. Kami saling berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya.

Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi tubuhnya. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ani bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.

Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan penisku dengan extra hati-hati. Ani mengerang dengan pasrah, lalu kusuruh ia untuk menggigit bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur. Mata Ani merem melek keenakan. Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai tidak bisa mengontrol dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya, gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali menembus pertahanannya yang rapat itu. Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan kurasakan penisku mulai menegang dan, “Cret.., cret.., cret”. Spermaku keluar dengan deras, Ani memelukku dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan. Dalam hati aku bertekad untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya.

kisah yang menyenangkan

Kenalkan, namaku Ray. Umurku 22 tahun, dan kuliah di sebuah universitas yang lumayan terkenal di Surabaya. And so on, aku akan berusaha mengenalkan siapa diriku dengan cara yang semoga bisa membuat kalian lumayan “berdiri”, hohohoho.

Aku mengenal yang namanya wanita sejak kecil, kakakku seorang wanita, kedua adikku wanita, ibuku wanita, hehehe.. dan pembantuku juga seorang wanita. Kuakui segala kenakalanku waktu aku kecil. Aku suka mengintip pembantuku waktu mandi, melihat mereka menyabuni “susu”-nya, dan terkadang melenguh saat jari-jarinya menggosok kemaluannya. Dan saat aku duduk di bangku kelas satu SMP, aku pertama kali mengerti yang namanya ejakulasi, ketika secara tak sengaja aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku ke lantai sambil mengintip lipatan kemaluan pembantuku yang sedang tidur dari celah di bawah pintu, konyol.. tapi kuakui itu. Aku mencoba merangsang diriku setiap hari dengan memakai BH kakakku, melipat batang kemaluanku ke dalam pahaku, dan menggesek-gesekkannya ke guling sambil tiduran. Oh, aku belum tahu yang namanya persetubuhan, hanya saja perbuatan itu membuatku merasa enak, apalagi ketika ejakulasi.

Aku mengenal yang namanya masturbasi dari teman-teman, dipegang, terus di tarik begini.. begitu.. dan memang enak sekali, jadi aku mulai menggunakan tanganku saat mengintip dan menikmati bulu-bulu kemaluan pembantuku saat mandi. Mungkin yang paling berkesan ialah ketika aku mengintip kakakku sendiri (hohoho) lewat celah jendela, setelah dia mandi dan masuk kamar. Ahh, kuintip dia melepas handuknya, mengagumi dirinya di depan cermin. Ohh.. baru kali ini kulihat tubuh dewasa kakakku (yang kebetulan memang cantik, banyak penggemarnya), selain kenangan masa kecil saat kami masih oke-oke saja mandi bersama. Tanpa terasa kupegangi kemaluanku yag menegang saat ia berbaring di tempat tidur, memegangi puting-puting susunya, dan mengangkat kepalanya saat ujung batere itu bergerak-gerak di lubang kemaluannya. “Hkk.. nngg..” kunikmati setiap gerakannya, sambil menggoyangkan batang kemaluanku dan menarik-nariknya. Ahh.. kutarik napas lega dan kuseka keringat dingin penuh dosa di pelipisku ketika aku ejakulasi, seiring dengan turunnya pantat kakakku yang sebelumnya mengejang-ngejang tak karuan.

Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan untuk bermasturbasi, mungkin tiga-empat kali sehari. Dan pergaulanku dengan teman-temanku memberikan kesempatan bagiku untuk menikmati adegan porno dari video (beta), yang entah dari mana kasetnya. Sehingga imajinasiku menggila setiap melakukan masturbasi. Tanpa kusadari mungkin aku perlahan menjadi seorang maniak seks. Lagi pula itu julukan teman-teman yang mengenalku sekarang, hohoho.. penjahat kelamin?

Akhirnya aku berhasil mengujinya ketika aku berkenalan dengan seorang cewek cantik bernama Enni, saat itu aku kelas tiga SMP. Perkenalanku dengan gadis cantik itu mendapat berbagai halangan, baik dari teman-teman (yang sirik), keluarga kami (karena perbedaan religi), dan tentu saja para sainganku (kebetulan Enni sendiri adalah seorang cewek idola). Hohoho.. masih kuingat saat sepatunya mendadak terlempar ke kepalaku saat sedang enak-enak duduk, sakit memang, tapi toh ada manfaatnya, hehehe. Jadi, aku berkenalan dengannya. Kami mengakrabkan diri dan aku sempat merasa sangat bangga ketika akhirnya ia menerimaku menjadi kekasihnya, saat itu bertepatan dengan pembagian STTB, hehehe. Dan yang paling menggembirakan, ternyata aku satu SMU dengannya, dan satu kelas pula, alamak! Betapa beruntungnya aku.

Kami berdua masih sama-sama polos dalam hal bercinta, mungkin itu yang membuat segalanya menjadi mudah. Dalam tempo tiga bulan aku berhasil mencium bibirnya, eh.. enak dan lembut. Itu ciumanku yang pertama, hahaha.. bergetar.. bergetar. Bayangan akan kelembutan bibirnya membuatku terangsang setiap malam, semakin liar menggosokkan kemaluanku ke guling, membayangkan tubuhnya yang tanpa pakaian menggeliat seperti di film porno saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, ahh.. ahh.. ahh.. kurasakan aku hampir gila karena nafsuku. Lalu, dengan sembunyi-sembunyi kunaiki mobil papaku, dan kuajak dia berputar-putar keliling kota, hanya sebentar-sebentar, dan tentu saja aku berkompromi dulu dengan sopirku. Akhirnya aku mendapat “SIM-beli” setelah merengek-rengek setengah mampus di kaki papaku. Dan aku mulai mengatur rencana bagaimana aku bisa menikmati tubuh kekasihku, daripada hanya bibirnya, lagipula batang kemaluanku menuntut terus tiap waktu.

Jadi pertama kuajak ia berputar-putar sekeliling kota, alasannya untuk merayakan SIM-ku. Dan kucoba mencium bibirnya di dalam mobil ketika kami berhenti di sebuah jalan raya, eh.. dia tidak menolak. Yah, sebuah petanda yang bagus.. oke. Beberapa hari kemudian, aku mulai agresif mengajaknya jalan-jalan, sampai akhirnya aku berani mengajaknya ke jalan tol di sebuah malam Minggu. Kami berhenti di peristirahatan tol Surabaya-Gempol. Kumatikan mesin, dan kucium bibirnya yang lembut. Ia sama sekali tidak meronta ketika aku meremas-remas buah dadanya yang lumayan besar di telapak tanganku, dan ketika kubuka bajunya, menelanjangi bagian atasnya, alangkah nikmat kurasakan menciumi puting susunya yang kecil yang kencang, nafasnya yang melenguh dan mengerang menambah kenikmatan yang kurasakan, “adikku” berdiri tegak siap tempur, tapi kutahan saja, karena aku takut ia akan menamparku jika aku melangkah terlalu jauh. Jadi kugesek-gesekkan saja kemaluanku ke pinggiran kursi sampai ejakulasi. Dan selama itu dia tidak menolak sama sekali, bahkan terkesan pasrah dan menikmati. Dia bahkan sempat memberi wanti-wanti, “Ray.. jangan cerita-cerita okay?” Oh.. tentu tidak dengan menggunakan namanya dan namaku yang asli, hohoho.

Nah, hari-hari berikutnya, karena ia tidak pernah menolak, jadi aku pun mulai berani melepaskan baju atasku, menikmati kehangatan dadanya di dadaku sambil menciumi bibir dan telinganya. Mmm.. enak sekali kurasakan saat itu. Kami mulai biasa melakukan embracement di rumahnya, rumahku, dalam mobil dan dimanapun tempat yang kami bisa. Sampai akhirnya kami kelas 2. Saat itu aku mulai mengenal yang namanya pil “koplo”, dan karena aku anak band, jadinya pil setan itu menjadi konsumsi wajibku sebelum manggung, ah kurindukan saat-saat “sakauw”. Efeknya, aku menjadi lebih liar, lagipula Enni sama sekali tidak tahu aku mengkonsumsi obat-obatan. Dia hanya bingung melihat prestasiku yang merosot 23 peringkat saat cawu 1, dan kubilang saja karena papa dan mama ribut melulu. Toh dia percaya.

Suatu saat, ketika kami pulang sekolah (siang), kuajak dia mampir di Wendy’s. Kami makan, dan kemudian seperti biasa berputar-putar mencari tempat. Akhirnya aku memberhentikan mobilku di sebuah jalanan yang lumayan sepi di dekat Kenjeran. Ah, aku sih bersyukur saja karena kaca mobilku gelap, hehehe.. jadi, kubuka baju dan behanya, menikmati puting-puting “susu”-nya seperti biasa, sambil sesekali meremas dan menggigit. Nafasnya mendengus-dengus. Kuajak ia pindah ke bangku belakang. Enni menurut saja. Kuteruskan hisapanku di “susu”-nya, dan ketika kumasukkan tanganku ke dalam roknya, ia hanya diam dan mengeluh. Kutarik celana dalamnya ke bawah, sambil kuciumi bibirnya yang terbuka. Enni mengerang lirih saat kusentuh kemaluannya yang basah. Aku berusaha mendudukkan diriku di sebelahnya, mengangkat roknya dan membuka pahanya, untuk yang pertama kalinya aku melihat kemaluan seorang wanita di depan mataku, bentuknya indah sekali, berbeda dengan yang di film-film porno. Kulihat wajahnya memerah dan matanya memandangku bertanya-tanya. “Aku tahu bagaimana membuatmu enak..” bisikku lirih sok tahu. Kulihat Enni hanya diam saja, jadi kutahan pahanya ke sandaran jok belakang, dan kuletakkan telapak tanganku menutupi liang kemaluannya. Enni mengerang-erang saat kugosok-gosok bibir kemaluannya dengan telapak tanganku, “Ahh.. hahh.. ahh..” aku juga semakin bernafsu, persis seperti di film, pikirku saat itu. Hanya saja, untuk menjilat aku belum berani, jijik.

Jadi kuteruskan saja menggosok-gosok kemaluannya, terkadang cepat, terkadang lambat, “Ahh.. ahh.. khh.. hh..” Enni mengerang-erang, tangannya menjambret kain bajuku yang terbuka, menarik-nariknya. “Aaahh..” kurasakan tanganku sangat basah, pahanya bergerak-gerak membuka dan menutup. Aku pun menghentikan tanganku sejenak, melihat dan menikmati wajahnya yang memerah dan nafasnya yang terengah-engah. Eh.. dia malah berkata, “Gantian. Aku ingin lihat punya kamu!” Oh God, hahahaha.. sure, dan kubuka celanaku berikut celana dalam yang menempel di pantatku. Enni memperhatikan dengan seksama “burung”-ku yang tegang dan bergerak-gerak di depannya. “Duduk..” kataku sedikit memerintah. Kugamit jemarinya dan kuletakkan di batang kemaluanku, Enni memegangnya tapi dia diam saja, “Salah.. Begini loh!” kutunjukkan cara melakukan masturbasi padanya, dan.. damm it! it feels soo good. Kurasakan telapak tangannya menggenggam batang kemaluanku dan menarik-nariknya, enak. Kumasukkan lagi tanganku ke dalam roknya, membuka pahanya dan menggosok bibir kemaluannya, “Ahh.. hh.. uhh.. ahh..” kami mengerang dan mengeluh bersamaan, kucium bibirnya dan merasakan lidahnya bergerak liar. “Ahh.. mm.. hh.. ahh.. enak sekali..” kugerak-gerakkan pantatku ke depan memberi respon pada gerakan tangannya dan akhirnya spermaku keluar mengenai sandaran kursi. Kami terdiam sejenak, melihat cairan kental putih yang menempel di kain sandaran kursi di depan kami. “Iyakh..” kudengar ia berkata dan kami sama-sama tertawa. Kukecup bibirnya, mengambil tissue untuk membersihkan tangannya dan kain pembungkus sandaran kursi itu tentunya. Lalu kami pulang.

Hari-hari berikutnya kami semakin sering melakukan hal serupa di tempat-tempat yang sudah kusebutkan di atas, oh jalan tol merupakan tempat idola kami, hehehe. Aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku terhadap obat-obatan, aku mulai mengenal heroin, yang sangat nikmat apabila ditorehkan dalam luka-luka sayat di tanganku, dan juga valium, yang menimbulkan bekas bintik-bintik hitam di pangkal lenganku. Ah, akhirnya Enni curiga melihat keaktifanku yang semakin liar di group bandku, dan kondisi tubuhku yang mengurus, pelajaranku yang selalu kuakhiri dengan tidur. Dan itulah yang memacunya untuk meninggalkanku dan beralih ke lelaki lain yang sudah kuliah. Hal itu dilakukannya saat aku berangkat ke New York selama tiga bulan untuk studi banding (kebetulan aku lumayan jago dalam sastra Inggris).

Waktu aku mengetahuinya aku sempat mengamuk habis, hampir saja aku ke kampus si cowok untuk menawurnya bersama teman-temanku, namun kubatalkan mengingat betapa konyolnya aku untuk marah hanya gara-gara seorang wanita. Jadi kuputuskan untuk pulang perang dengan membawa oleh-oleh berharga. Kutelepon ke rumahnya, memintanya sudi menemuiku untuk yang terakhir kalinya. Enni menemuiku malam itu, dan langsung kucium bibirnya sambil membisikkan kata-kata kerinduan dan betapa aku tak sanggup kehilangan dia, dan mungkin karena kenangan berseksual-ria denganku (atau mungkin karena aku cinta pertamanya) membuatnya pasrah saat kupegangi payudaranya dan meremas-remas kemaluannya dari lapisan celana ketatnya. Ah, kebetulan saat itu kedua orangtuanya sedang berangkat menghadiri pernikahan, sedangkan kakaknya saat itu sudah kembali ke Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya, jadi aku merasa bebas-bebas saja. Jadi kurangsang dia dengan segenap kemampuanku, kubelai buah dadanya dengan lembut, menciumi wajahnya, lehernya tengkuknya, memasukkan jariku ke dalam celananya, memainkan liang kemaluannya di jariku, membuat nafasnya memburu dan terengah-engah, “Ahh.. ahh.. uh.. ngg..” aku merasakan nafsuku mulai naik ke ubun-ubun ketika tangannya menyelip di lipatan celanaku dan bergerak-gerak di batang kemaluanku yang menegang hebat.

Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ia melepaskanku, menangis, aku bingung. Lalu ia bangkit berdiri, menuju ke ruang tengah rumahnya dan telunjuknya memanggilku mengikutinya. Oh God, hohohoho. Kami bergulingan di tempat tidurnya yang lebar, kuciumi seluruh wajahnya, lehernya, kupingnya, dagunya, dan kuhisap puting “susu”-nya penuh nafsu, kuangkat pakaiannya melewati kepalanya, “Ahh.. uhh.. argg..” kurasakan kenikmatan batang kemaluanku menekan-nekan liang kemaluannya dari balik baju kami. Kubuang BH-nya entah kemana. Kubuka bajuku, menempelkannya di payudaranya, merasakan kenikmatan dan kehangatannya. Kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu. Kuraih celana ketatnya yang pendek dan kutarik, kulepas berikut celana dalamnya, kupegangi dan kuraba kemaluannya yang basah. Pahanya bergerak-gerak menggesek-gesek batang kemaluanku yang masih terbungkus, dan kubuka celanaku cepat-cepat. Kurasakan paha telanjangnya menekan batang kemaluanku. Tangannya meraih batang kemaluanku dan memainkannya dengan gerakan yang membuatku terengah-engah menahan nikmat, “ahh.. ahh.. ahh..hh..” akhirnya kuangkat tubuh telanjangku ke atasnya, dan menempelkan batang kemaluanku di liang kemaluannya. “Ahh.. gila.. kenikmatan ini.. ahh..” kudengar ia menyebut-nyebut namaku dengan lirih ketika pinggulku bergerak-gerak dan menggesek bibir-bibir kemaluannya ke atas dan ke bawah, ahh.

Kucium bibirnya dengan lebih bernafsu, kujatuhkan seluruh tubuhku menindihnya, merasakan tekanan buah dadanya yang berkeringat di kulitku, kugoyang-goyang pinggulku ke atas dan ke bawah, “Ahh.. ahh..” ke samping ke depan, “Aahh.. ah.. ah..” merasakan setiap kenikmatan gesekanku dan pelukan pahanya di pantatku setiap aku bergerak ke samping, “Ahk.. ahk..” Akhirnya kubenamkan bibirku di bibirnya dan menekan pantatku sekuat tenaga ketika nafsuku tak terkontrol lagi dan menyemburkan spermaku melewati dan membasahi permukaan perutnya, Ahh.. hah..” nafasku terengah-engah penuh kenikmatan, pelukannya mengencang di punggung dan pinggangku. Pantatnya menekan batang kemaluanku kuat-kuat. “Aahh.. nikmatnya..” baru kali ini kurasakan nikmatnya melakukan petting.

Aku bangkit berdiri, memakai pakaianku yang berserakan di lantai, dan membantunya berpakaian, lalu melangkah kembali ke ruang tamu. “Ray.. jangan teruskan memakai obat-obatan..” Aku mengangguk. Dan itulah kata terakhir yang kudengar dari bibirnya sesaat sebelum kurelakan dia pergi dari sisiku. Dengan perjuangan yang keras selama beberapa minggu, aku berhasil menghentikan kecanduanku pada obat-obatan di sebuah pusat rehabilitasi di Lawang. Memang, setelah ia sudah menjadi pacar orang lain, yang notabene direstui orangtuanya. Namun tak jarang kami melakukan pertemuan rahasia dan melakukan petting. Namanya juga cinta pertama.

Sampai akhirnya ia mambantuku menembus UMPTN, dan jarak kami terpisah sangat jauh sekarang. Ahh Enni, selalu mulutku mendesah mengingat kenangan cinta pertamaku. Terakhir aku berjumpa dengannya Januari 2000, kami melakukan petting lagi di sebuah wisma di kota dimana ia kuliah. Sampai sekarang, aku belum menemuinya lagi. Mungkin kalau ketemu.. hohohoho.. ah, kekasihku, cintaku. Tapi pengalaman-pengalaman seru dengannya membuatku ketagihan setengah mati, dan bayangkan saja jika aku harus menunggu setahun sekali untuk petting, woah.. what a waste of time.. huh? Jadi aku mulai meningkatkan kelasku menjadi perayu wanita.

Hampir dua kali seminggu aku melakukan petting, bukan bersetubuh tentunya, karena aku masih cari selamat dan aku paling benci yang namanya perek atau pelacur, hanya bawa penyakit. Oh.. aku kehilangan keperjakaanku saat aku melakukan hubungan dengan seorang gadis pecandu sabu-sabu yang kujumpai sedang menangis di pinggir jalan karena ditinggal teman-temannya ke diskotik. Wah.. lagi-lagi aku beruntung, ketika ia mengajakku bercinta, aku mengiyakannya karena sekedar kepingin tahu dan ternyata si gadis itu masih PERAWAN! Oh God, mercy on me, saat kulihat noda darah berceceran di kasurku, hohohoho.. dalam keadaan “fly” mungkin ia tak sadar mengajakku, orang yang baru ia kenal untuk bercinta hahaha.. dan kuantar dia pulang ke sekitar wilayah makam Banteng, masih dalam keadaan bingung. Jahat memang, tapi masih sempat kuhadiahkan sebuah kecupan di keningnya. Sejak itu aku memutuskan untuk tidak berhubungan seksual dulu, karena rasanya toh begitu-begitu saja, benar seperti kata orang, yang enak itu pemanasannya, hahaha, lagipula aku sudah pernah mencicipi perawan, hehehe.. dan enak gila, jadi aku berambisi mendapat perawan sebanyak mungkin tanpa harus bertanggungjawab. Bajingan? okeh, terserah.

Mungkin kalian akan banyak belajar dariku bagaimana cara mendapatkan perawan tanpa harus terbebani tanggungjawab. Hohohohoho.. sekedar informasi, aku selalu menggunakan cara yang aneh-aneh dan total sekarang sudah 13 gadis kuperawani tanpa sepengetahuan mereka. Caranya.. hohoho.. nanti kukasih tahu. Kebetulan aku punya cerita menarik tentang cewek yang bernama Kirani, yang baru-baru saja mendaftarkan diri menjadi korbanku. Mungkin beberapa hari lagi kupostkan.

Kisah Cindy


Dari SMP aku sudah mulai merasakan kejanggalan ini, dan yang
mendukung sifatku ini adalah aku selalu dikelilingi oleh laki-laki
yang menarik. Pertama kali aku melakukan masturbasi adalah sewaktu
aku berusia 13 tahun, aku suka memainkan puting buah dadaku dan
klitorisku sambil berimajinasi merasakan nikmatnya bercinta. Dan dari
masturbasi seperti ini, aku mendapatkan kepuasan yang membuatku
mencapai orgasme.

Pacar pertamaku waktu aku berusia 15 tahun adalah Rio, dia lebih tua
5 tahun dari aku, dia sudah cukup berpengalaman dalam hal seks,
karena dia tahu aku suka berfantasi, maka dia sering mencium dan
mengulum bibirku dengan penuh birahi. Apabila kebetulan orangtuaku
sedang pergi, kami sering melakukan oral seks di kamarku atau di
ruang tengah.

Aku paling terangsang bila dia melumat putingku, menjilatinya sampai
basah dan tangan satunya memainkan klitorisku. Karena aku terangsang,
maka kuberanikan diri untuk memegang penisnya. Kurasakan benda itu
semakin mengeras dan mengeras. Kumasukkan tanganku ke dalam
celananya, kubelai buah zakarnya, pangkal penis dan kepalanya. Dia
mengerang, ujung kepala penisnya terasabasah, kumainkan dengan jari
telunjukku, dia semakin kencang mengulum putingku, dan aku pun
mendesah nikmat. Kemaluanku mulai berdenyut-denyut, cairan nikmat itu
semakin banyak keluar dan aku semakin tidak tahan.

Kudorong badan Rio sehingga posisiku berada di atasnya, kutarik
celananya dan kelihatanlah penisnya yang keras, tegak menantang. Aku
belum pernah melihat penis sebelumnya, oleh karena itu aku cukup
kaget, tetapi nafsuku untuk mengulum penis Rio lebih besar daripada
rasa kagetku. Kupegang pelan batang penisnya, tanganku naik turun
perlahan mengikuti irama erangan Rio,kubelai dan kuciumi hingga puas.
Rio menggelinjang keenakan. Kujilat dari pangkal ke atas, kukulum dan
kusedot-sedot perlahan, kumainkan dengan lidahku, kugigit perlahan,
erangan Rio semakin menjadi-jadi.

“Shhh.., Rio nggak tahan lagi, Cindy.. Rio mau keluar..!” katanya
waktu itu.
Aku tidak dapat menjawab, karena mulutku sedang mengulum batang
penisnya, aku hanya mendesah, menjilat, menggigit dan menyedot.
Kemaluanku kembali berdenyut-denyut. Sambil mengulum penis Rio,
kumainkan puting buah dadaku bergantian dengan klitorisku. Aku pun
sudah hampir mencapai orgasme, kugeser posisi tubuhku hingga
membentuk posisi 69, dan Rio dengan cepatnya mejilatserta mengulum
vaginaku.

“Ahhh.., Cindy… Keluarkan punyamu Sayang… Aku sudah nggak bisa
nahan lebih lama lagi, aku mau keluaaarr… Ouch… ahhh… ahh..
ahh..!” erangan Rio dan eranganku semakin kencang dan menyemburlah
air mani dari penisnya di dalam mulutku.
Aku masih mengulum, menyedot dan menjilat sisa-sisa air maninya,
penis Rio berdenyut-denyut dan setiap kali kusedot, dia
menggelinjang. Rio juga mejilat-jilat kemaluanku dan mengulumnya.
“Ohhh.., it feels so goood…” batinku saat itu.

Aku pun tergeletak di samping Rio sambil masih memainkan putingku
yang basah terkena cairan maninya, rasanya putingku masih mengeras
dan masih minta untuk dikulum dan dihisap, kemaluanku pun masih
berdenyut-denyut, rasanya masih ada yang mengganjal meminta untuk
dilampiaskan. Akhirnya dalam posisi telentang, tangan kananku
kumainkan di kemaluanku dan tangan kiriku memilin-milin putingku,
kugesek-gesek dan kutekan tangan kananku di kemaluanku semakin cepat
dan cepat sambil memejamkan mata dan membayangkan penis di dalam
vaginaku.

Rio yang dari tadi memperhatikanku mulai beringsut mendekatiku dan
berbisik, “Mau aku bantu sayang..? Biar kamu dapat kepuasan lebih..?”
Aku hanya mendesah mengiyakan dan mulai menjerit kecil saat Rio
menggigit pelan putingku, dimainkannya satu persatu. Dihisap pelan,
dimainkan dengan lidah, digigit, dijilat sampai akhirnya kemaluanku
bertambah basah dan ada sesuatu yang mendesak ingin mencapai puncak
kenikmatan. Tubuhku mengejang dan Rio semakin liar meremas kuat
payudaraku. Aku terkulai dan tercapai sudah keinginanku untuk
mendapatkan multi orgasme.

Dua tahun kemudian.

Saat ini aku sudah putus dengan Rio dan aku mempunyai seorang pacar
yang usianya jauh lebih tua dari aku, 9 tahun bedanya. Menurutku dia
seorang laki-laki yang cukup berpengalaman, terutama dalam hal seks,
akan tetapi dia menganggapku anak kecil yang sama sekali belum
mengerti tentang nikmatnya seks. Walaupun aku masih tetap perawan
(dengan Rio aku hanya melakukan oral), tetapiaku benar-benar ingin
merasakan nikmatnya berhubungan badan. Namanya Donnie, aku sangat
menyukai tangannya yang kekar dan pantatnya yang bulat berisi, entah
mengapa, aku selalu terangsang apabila melihat tangan yang kekar dan
pantat yang berisi. Aku ingin sekali dia menyetubuhiku, dan aku
berpikir bagaimana caranya dia tergoda olehku.

Waktu itu hari Minggu, dan kedua orangtuaku sedang bepergian ke luar
kota. Aku tinggal di rumah hanya dengan pembantuku. Aku baru saja
bangun tidur waktu kudengar pembantuku menerima telpon dari Donnie,
dan Donnie mengatakan bahwa dia akan tiba di rumahku 10 menit lagi.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini produksi hormonku meningkat,
aku merasa terus-menerus terangsang dan bernafsu sekali. Kuambil baju
tidurku bewarna hitam yang berupa tank top dengan belahan dada rendah
dan transparan, sehingga memperlihatkan payudaraku yang montok dan
kenyal, putingku yang mengeras menonjol keluar seperti sedang
mempersiapkan diri untuk dikulum. Kuganti celana dalamku dengan g-
string warna hitam senada dengan atasannya. Kuoleskan sedikit parfum
kesukaan Donnie di belakang telinga dan belahan dadaku.

Aku berpesan kepada pembantuku, apabila Donnie datang, suruh saja
langsung masuk ke kamarku, karena aku agak sedikit pusing. Aku
kembali berbaring di atas tempat tidur, menutup kembali selimutku dan
berpura-pura tidur sambil menunggu kedatangan Donnie. Tidak lama
kemudian dia datang. Setelah pembantuku menyampaikan pesanku,
kudengar perlahan-lahan dia masuk ke dalam kamarku. Bau harum
menyegarkan dan merangsang datang dari tubuhnya, dia duduk di pinggir
ranjang sambil membelai kepalaku dan membisikkan sesuatu di telingaku.
“Hi, Honey.. Kata bibi kamu sakit..? Pusing kenapa Sayang..?” katanya
pelan dan manis sekali.
Aku menggelinjang dan membalikkan tubuhku menghadap dia. Sekilas
sempat kulihat dia menelan ludah karena pahanya tersenggol oleh
payudaraku, kusandarkan kepalaku di pahanya dan kutarik sedikit
selimutku ke bawah, sehingga dia dapat melihat jelas gundukan dua
bukit putih dan kenyal milikku. Kupeluk pinggangnya sehingga posisi
wajahku menghadap ke perut dan kemaluannya, lalu kemudian aku bangkit
dan duduk di pangkuannya.
Kupeluk lehernya, kubisikkan di telinganya dengan desahan nafasku
yang hangat, “Aku pusing karena kamu nggak dateng-dateng..”

Donnie membalas pelukanku dengan erat, diciuminya pundak dan leherku
sambil berbisik, “Mmmh, kamu sexy sekali, baumu sungguh merangsang,
kamu tau aku paling nggak bisa tahan kalo kamu pake parfum ini..
Nanti kalo aku nggak tahan gimana..?”
Aku mengeratkan pelukanku dan menempelkan payudaraku ke dadanya
sambil kugesek-gesekkan, kucium belakang telinganya, kujilat lehernya.
“Kalo nggak tahan, ya dikeluarin ajaaa… aaahhh..!”

Aku mengubah posisiku menjadi menghadap ke arahnya dengan kedua
kakiku menjepit pinggulnya. Kuremas rambutnya yang hitam, semerbak
wangi kelelakiannya membuat kemaluanku berdenyut-denyut. Donnie
mengangkatku dan menidurkanku di atas ranjang, dia menciumi dadaku,
membuka tali tank top-ku dengan mulutnya satu persatu, menyembullah
payudaraku. Dia mulai menghisap dan menjilat putingku, sementara
tangan yang satunya meremas payudaraku yang satunya.

“Ouch.., Donnie… aku paling terangsang kalo putingku dikerjain, aku
bisa lakukan apa saya yang kamu minta, asal jangan berhenti menjilat
dan menghisap putingku.. Ahhh… Sssshh..!”
Donnie semakin bernafsu mendengar kata-kata dan eranganku,
kemaluannya sudah mulai mendesak dari celananya, kurasakan hal itu
dan aku pun tidak tahan untuk tidak memegang kemaluannya. Kubuka
resleting celananya dan kumasukkan tanganku ke dalamnya, kurasakan
cairan hangat di ujung kepala penisnya dan hangat batangnya, dia
mengerang nikmat sambil menggigit puting payudaraku. Setelah itu dia
menciumi seluruh tubuhku hingga aku terangsang hebat.

Dia memang sangat berpengalaman dalam hal ini, setelah itu aku
berpindah ke depan kemaluannya dan mulailah aku melakukan aksiku
membuat lelaki tergila-gila. Kucium ujung penisnya, kujilat cairan
yang terasa gurih, kumasukkan kepala penisnya ke dalam mulutku,
kuhisap-hisap dan kumainkan dengan lidahku. Donnie masih meremas dan
memilin-milin putingku sambil mengerang nikmat, kumasukkan lagi
penisnya lebih dalam ke dalam mulutku sambil kukocok-kocok dengan
mulutku naik turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat.
Donnie semakin kuat meremas payudaraku dan kemudian dia menarikku ke
atas tubuhnya.

Donnie melepas celana dalamku dan aku duduk di atas kemaluannya,
kugesek-gesekkan vaginaku di atas penisnya sambil menggoyang-
goyangkan tubuhku dan meremas serta memainkan putingku. Aku
mengerang, dan Donnie tampaknya sudah sangat terangsang oleh gerakan
tubuhku. Dia duduk dan diangkatnya aku hingga penisnya berdiri dan
siap menusuk ke liang kemaluanku.
Aku memeluknya dan membisikkan, “Honey, I’m still virgin, so do it
smoothly, because I want to feel the excitement…”
“Sure, sweetheart.. I’ll do this very, very gently so you won’t
forget this moment..”

Perlahan dia mulai memasukkan batang penisnya, terasa sempit sekali
dan terasa panas, akan tetapi karena didorong oleh nafsuku yang sudah
tidak tertahankan dan Donnie melakukannya dengan sangat berhati-hati,
lama kelamaan seluruh batang penisnya telah masuk ke dalam liang
vaginaku dan terasa nikmat sekali. Ouch.., Donnie mulai menggerak-
gerakkan pantatnya yang sexy dan aku mulai menggoyang-goyangkan
pinggulku. Cairan yang keluar dari kemaluanku memang sangat membantu,
terasa sempit, menjepit namun tidak sakit. Donnie semakin cepat
menggerakkan penisnya, maju dan mundur. Aahhh, rasanya tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata, terlalu nikmat untuk diucapkan. Peluh
membasahi kedua tubuh kami, hawa dingin yang keluar dari AC sudah
tidak dapat mendinginkan kami yang sedang dibakar gairah.

Sambil menggoyangkan tubuhnya, Donnie kembali menghisap puting
payudaraku dan membuatku gila. Rasanya aku tidak ingin dia melepaskan
hisapannya. Kupeluk dia dan kujilat lehernya, kukulum bibirnya sambil
mengerang nikmat.
Donnie membisikkan sesuatu padaku, “Rubah posisi yuk, sayang… Aku
yakin dengan posisi ini kamu bakalan ketagihan make love..”
Donnie kemudian mengangkat dan memutar tubuhku, sehingga aku
membelakanginya, dia melakukan dogie style yang pada saat itu aku
belum pernah membayangkan sampai kesitu.

Donnie kembali memasukkan batang penisnya ke vaginaku dan maju
mundur, dari perlahan hingga semakin cepat. Pengalamanku kali ini
luar biasa, belum pernah aku merasakan kenikmatan yang seperti ini.
Memang betul kata Donnie, ini akan membuatku ketagihan. Semakin cepat
Donniemenggerakkannya, semakin aku terangsang dan merasakan sesuatu
kenikmatan luar biasa yang berbeda dengan yang kurasakan pada waktu
masturbasi maupun oral.

Donnie memelukku dari belakang, meremas payudaraku dan
membisikkan, “Ahhh… aku mau keluar… kamu luar biasa, kamu bisa
membuat aku begitu terangsang dan aku nggak mau kehilangan kamu..
ahh.. ahh.. ahh..”
Bersamaan dengan keluarnya mani Donnie, aku pun merasakan yang sama,
cairan hangat milik Donnie membasahi vaginaku. Bau khas kejantanan
itu menyetuh penciumanku. Aku mengatakan bahwa aku tidak menyesal
melakukan hal ini, karena ini timbul dari keinginanku, tetapi Donnie
mengatakan berulang kali bahwa dia tidak mau kehilangan diriku.

Sandra & Ectasy


Namaku Koke.Aku sebenarnya kuliah di Universitas
Tarumanegara,Jakarta.Kehidupanku amatlah enak dan glamour.Uang,mobil
mewah,handphone semuanya disediakan.Aku juga kos di tempat yang megah dengan
kamar ber AC.Tapi kehidupan Jakarta yang penuh godaan membuatku terjerumus.Semua
hal yang buruk pernah kujalani di Jakarta. Dan yang paling parah aku sering
berjudi.Karena hobiku berjudi itulah,aku kena batunya.Waktu itu pertandingannya
Chelsea vs Tromso,aku pasang pertama 10 juta,tengah main aku pasang lagi 10
juta.Seperti yang kalian tahu Chelsea membantai Tromso 7-1 dan aku kalah sekitar
30 jutaan.Dengan perasaan takut aku segera telpon orang tuaku.Seketika itu juga
mereka mengirimkan uang dan segera menarikku dengan paksa dari Jakarta kembali
ke Solo.
Di Solo aku menjadi pengangguran.Tiap hari dimarahi oleh orang
tuaku.Dalam hatiku,aku ingin sekali berubah dan melanjutkan studiku
kembali.Kusampaikan keinginanku dan kedua orangtua menerimanya.Mereka
mengusulkan agar aku kuliah saja di UKSW,Salatiga karena dekat dengan
Solo.Akhirnya aku kuliah di Salatiga,kota kecil yang sepi.Kehidupan Jakarta yang
ramai dan ceria berubah menjadi suram dan sepi.Tapi apa mau dikata ? Aku harus
mengembalikan kepercayaan orang tuaku.Aku mengambil jurusan Pariwisata atau
setara dengan D2.Aku disana mempunyai pacar sebut saja namanya Mila,anak
Semarang.
Kadang-kadang rasa sepi menghantui diriku.Kehidupan kota metropolitan
yang serba enak membuatku ketagihan.Kadang aku ke diskotik di kota Solo,Legend
atau Nirwana dan tripping di sana.Mila tentu saja tidak mengetahuinya karena aku
selalu pergi setelah kosnya tutup.Pada hari Selasa,aku pergi ke Solo setelah kos
Mila tutup.Sudah lama aku tidak trip.Kulihat banyak juga anak Salatiga yang juga
tripping di sana.Aku juga neken,obatnya waktu itu Pink love kalau tidak
salah.Memang bener-bener enak obat itu.Nah,pada saat aku asyik trip,ada seorang
cewek di sebelahku yang juga triping.Usianya sekitar 23 an,tubuhnya seksi luar
biasa.Kaos yang dipakainya tidak dapat menyembunyikan kebesaran buah dadanya
ditambah lagi pantat yang seksi,yang terus bergoyang sensual mengikuti irama
house music.Aku cuek aja,mencoba menikmati obatku.Tiba-tiba saja dia
terhuyung-huyung dan hampir menjatuhi aku.Aku segera menangkapnya dan langsung
BT.Sialan ! Kuliht raut wajahnya pucat pasi dan nafasnya memburu.Nih,cewek pasti
over dosis ! Kulihat di mejanya ada dua gelas Long Island.Kulihat keadaannya
agak gawat.Kupapah dia keluar diskotik dan kumasukkan kemobilku.Aku segera
melarikan mobilku ke RS.”Eh….jangan ke RS…jangan !”,begitu rintihnya ketika
dia mengetahui bahwa aku menuju ke RS.”Trus kemana,kamu kan OD! Minum berapa sih
?” “Pertamanya cuma 2 tapi disodok lagi 1 ama temenku trus tambahin Long Island”
Aku berpikir nih cewek pasti OD sekaligus mabuk.Setelah kubelikan susu ,kami
akhirnya malah jalan-jalan keliling Solo.Kami berkenalan,dia bernama
Sandra.”Kamu sering trip,San ?” Trus dia jawab “Baru tiga kali Aku heran banget
baru tiga kali dosisnya udah segitu banyak.”Kamu kuliah di Salatiga,kan ?”
tanyanya.Aku jawab “Darimana kamu tahu ?” Dia jawab “Siapa sih mahasiswa UKSW
yang bawa….”katanya sambil menyebut merk mobilku. Aku hanya tersenyum,memang di
Salatiga cuman aku yang bawa jeep berkelas di kota sekecil ini.Rada kampungan !
Dia sebenarnya datang bersama teman-temannya tapi entah kenapa
teman-temannya malah pergi ke Balekambang.Dia mengajak aku langsung saja ke
Salatiga sekalian pulang.Tak lama kemudian aku sampai ke Salatiga.Dia hendak
kuantar ke kosnya di Jalan Diponegoro.Tapi dia menolak dengan alasan dia on
lagi.Memang kurasakan tangannya kembali dingin dan tubuhnya
bergetar.Aduh….payah,nih ! Dengan terpaksa aku ke kosku.Kasihan kalau dia
masih on ! Waktu itu masih jam 02.30.Begitu masuk ke kontrakannku,giginya sudah
gemeretak tanda sudah tinggi.Segera saja kuputarkan house music di kamarku.Dia
menggerakkan kembali tubuhnya dengan gerakan yang sensual dan merangsang
birahi.Tapi aku cuek saja,karena orang yang trip biasanya tidak tertarik dengan
hal-hal seperti.Mau ereksi saja susah ! Aku juga merasa on lagi.Sambil bersandar
disofa,aku mulai menggelengkan kepala.
Hentakan house makin meninggi,dia semakin gencar menggerakkan
tubuhnya.Buah dadanya yang menggunung bergoyang seperti kesetanan.Kaos ketatnya
sudah basah oleh keringat.Tiba-tiba saja Sandra menjatuhkan tubuhnya serta
merangkul tubuhku dan kurasakan buah dadanya yang montok itu menggencet
dadaku.Aduh…empuknya ! Kubiarkankan saja….sama-sama enak.,sih ! Dan seketika
juga kurasakan nafas Sandra memburu dan mempererat rangkulannya.Bagian bawah
tubuhnya digeser-geserkan dengan nafsu.Sekali lagi aduh….enaknya !
Tak disangka-sangka dia mencium bibirku dengan bernafsu,aku sempat
gelagapan.Tapi segera kubalas dengan penuh nafsu pula.Entah kenapa,padahal aku
sedang tidak mood ! Tangannya mulai meraba kekemaluanku dan mulai
diremas-remasnya.Aku pun mulai membalas meremas-remas buah dadanya yang besar
itu.Aku benar-benar merasakan kenikmatan surga dunia.Tapi anehnya kemaluanku
tetap saja tidak bereaksi.Sandra melepaskan rangkulannya dan berlutut sambil
tangannya membuka paksa celana pendekku.Dikocoknya kemaluanku dengan
bernafsu.Aku merasa geli sebab kemaluanku tidak berdiri.Aku bukan pertama kali
ini senggama tapi baru kali ini kurasakan hal yang aneh seperti ini.
Dengan penuh nafsu,dihisapnya kemaluanku dari batang kepala sampai
batangnya.Aku merasa terkejut dan merasakan kenikmatan yang luar biasa.Tiba-tbia
saja aku merasa detak jantungku makin menggebu,entah kenapa.Kulihat saja kepala
Sandra maju mundur menghisap kemaluanku sambil kubelai-belai rambutnya yang
disemir pirang..Usahanya mulai menampakkan sedikit hasil.Kemaluanku mulai
bangkit secara perlahan.Dilepasnya kaos dan tampaklah buah dadanya yang
terbungkus BH putih..Kemudian dia melepas BHnya dan …..Mataku langsung
berbinar melihat pemandangan seindah itu.Buah dada yang montok menggunung dengan
bentuk yang bagus dan puting susu yang kecil warna kemerah-merahan.
Kepala kemaluanku diusap-usapkan ke putingnya sambil terus dikocok
batangnya.Aduh…aku mulai merasakan kemaluanku betul-betul tegang.Aku merasakan
detak jantungku makin menggila, mungkin darah dari jantung terpompa ke
kemaluanku.Dadaku rasanya kosong dan deg-degan..Sandra tersenyum kegirangan
karena usahanya berhasil.
Dia bangkit dan melepas celana panjangnya.Aku menghempaskan tubuhku
dikasur dan kulihat kemaluanku mulai lemas lagi.Sandra melepas juga celana dalam
putihnya.Dan kulihat jembut yang menghiasi lubang vaginanya.Tidak begitu banyak
dan jarang-jarang.Pantatnya yang putih dan seksi serta berisi terlihat
jelas.Tubuhnya putih bersih dan seksi bahkan kubilang terlalu seksi karena
pantat dan buah dadanya besar sementara pinggangnya kecil.Demi melihat
pemandangan seperti itu,kemaluanku bangkit kembali.Sambil tetap duduk di
sofa,digenggamnya kemaluanku dan digeser-geserkan dipintu masuk lubangnya.Aku
merasakan kenikmatan yang luar biasa.Kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku
secara perlahan kevaginanya.Aku hanya merem melek keenakan.Sandra terus menaik
turunkan tubuhnya sementara house music terus mengalun.Buah dadanya bergoyang
mengikuti gerakan naik turun tubuhnya.Kutarik punggungnya hingga buah dadanya
tepat berada di depan mulutku dan langsung kulumat-lumat dan
kuhisap-hisap.Sandra mendesah-desah keenakan.Dia terus menduduki kemaluanku dan
menggoyang-goyangkannya.
Setelah sekian lama dengan posisi naik kuda seperti itu,aku merubah
posisi aku diatas dan dia di bawah.Langsung kugojlok kemaluanku sambil kupeluk
dia erat-erat.Kuciumi sekujur wajahnya,telinganya,hidungnya.Dadanya tergencet
bulat dan hangat di dadaku.Kupacu terus pantatku sampai aku merasa pegel
semua.Keringat terus mengucur dari seluruh pori-poriku tapi aku tak
peduli.Sandra hanya meringis-ringis keenakan.Kami sudah tidak mempedulikan
keadaan sekitar.Suara dengusan dan rintihan bercampur menjadi satu.
Aku terus berjuang agar aku bisa mencapai puncak.Sudah tidak terhitung
berapa kali batang kemaluanku mengobel lubang vaginanya.Aku terus menggojlok
vaginanya sambil memegang kedua belah kakinya.Aku harus tetap berkonsentrasi
dengan memandang wajahnya sebab bila aku menutup mataku sebentar saja maka
segera kurasakan batang kemaluanku mengecil.Kadang-kadang dengan posisi seperti
itu,aku memegangi sepasang buah dadanya yang berayun.Sandra memintaku untuk
menusuknya dari belakang,aku pun oke-oke saja.Keinginanku untuk mencapai
kenikmatan sudah menggebu-gebu.Langsung kumasukkan saja kemaluanku dari belakang
dan kumajumundur kan dengan agak kasar.Terus kukeluarmasukkan sambil kupegangi
pinggulnya.Dia hanya merintih dan mendesah saja sambil memegangi kedua buah
dadanya.Aku tanya kenapa dan dia jawab “Biar nggak kendor…” Aku gemes
mendengar jawabannya itu.Dari belakang aku pegangi buah dadanya yang bergoyang
mengikuti gerakan pantatku.Saat itu tidak lagi kurasakan kenikmatan bersenggama
tapi yang ada adalah keinginan untuk mencapai klimaks.
Setelah beberapa saat,kami berganti posisi lagi.Kami bersenggama dengan
posisi miring.Agak susah memang karena ukuran kemaluanku tidak sepanjang milik
orang-orang bule.Satu kaki kuangkat dan begitu vaginanya merekah langsung
kusumbat dengan kemaluanku.Aku mencium bibirnya dengan nafsu sambil terus
kugoyangkan pantatku.Sampai suatu saat aku benar-benar kelelahan dan kuhentikan
gerakanku.Sandra yang menyadari hal itu dan merasakan kemaluanku mulai mengecil
langsung mencabutnya dan dikocoknya.”Jangan lemes dulu…dong ! Aduh…..!” Dia
membimbingku duduk dan dia memaksa kemaluanku untuk masuk ke vaginanya.Sambil
duduk,dia yang menaikturunkan pantatnya.Dia memeluk tubuhku erat-erat sehingga
wajahku tergencet buah dadanya.Aku merasa kemaluanku bangkit kembali bahkan
lebih perkasa.Kukonsentrasikan perhatianku.
Terpaksa cerita ini kusingkat sebab kami bertempur seperti kesetanan dan
kalau diceritakan akan panjang sekali.Fight to the death,man ! Suatu saat aku
merasakan bendunganku hampir jebol “San….san….aku mau keluar,nih
….San…Sandra….!” Begitu mendengar begitu,dia langsung menggoyang-goyangkan
pinggulnya “Ya….ya…..keluarin aja….aku juga sudah capek !” Dan
jruooot….jrooot…..Aku bergetar hebat ketika air maniku membanjir
keluar.Sukmaku melayang kelangit yang paling tinggi.Nyawaku seakan-akan dicabut
dari tempatnya.Benar-benar dapat dikatakan banjir karena banyak sekali.Mungkin
ada 30 sendok makan.Air maniku seperti ceret yang dituang ke
cangkir…gluk….gluk dan seperti berebutan keluar.Semua bagian tubuhku lemas
dan seperti mati rasa.Benar-benar nikmat, Sandra hanya memejamkan mata ketika
air maniku membanjiri vaginanya.Kami berdua segera berbaring kelelahan.
Benar-benar suatu pengalaman yang menyakitkan.Kulihat jamku sudah
menunjukkan 5.30 ! Berarti kami bersetubuh hampir 3 jam.Setelah pengaruh ecstasy
mulai terasa habis,aku merasa kemaluanku perih dan sakit semua.Kulihat batang
dan kepalanya lecet-lecet dan luka.Dan kulihat juga vagina Sandra memerah dan
seperti terbakar.Ternyata kami berdua terpengaruh ecstasy jenis yang sama ,yang
memang mencegah ereksi tapi begitu sekali ereksi wah bisa tahan
berjam-jam.Apalagi kata teman-teman,Pink Love memang pada akhirnya menjurus ke
arah sex.Sandra ketika kutanya bahkan mengaku orgasme sampai 34 kali dan itu
bisa diaturnya.Ejekulasi kalau lagi on amat berbeda rasanya.Enak dan nikmat dan
lain sebagainya.Malam itu benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Aku hampir
seminggu sekali pasti trip dengan Sandra dan setelah pulang langsung bermain sex
sampai pagi.
Dan semua itu berakibat fatal karena pada saat kami pertama kali
bersetubuh spermaku terlanjur masuk sehingga pada akhirnya Sandra hamil dan aku
akhirnya mengawininya.Kuliahku berhenti ditengah jalan padahal hanya kurang 1
semester.Papa dan mamaku sebenarnya tidak setuju kalau aku mengawini Sandra tapi
apa mau dikata.Mereka mengatakan kalau Sandra wanita murahan,pelacur,perek dan
lain sebagainya.Tapi aku yakin dia tidak seperti itu.Dia memang pernah melakukan
hubungan sex sebelumnya dengan pacar lamanya.Tapi yang paling penting dia
mengandung bayiku ! ..Semua ini gara-gara ecstasy,pil kecil seharga
Rp.35.000,yang enak gila.Pil kecil itu pula yang membuyarkan semua cita-citaku
dan memutuskan hubunganku dengan Mila.
Sungguh hancur hati Mila ketika mendengar aku menghamili Sandra.Sampai
sekarang Mila tidak mau bicara atau bertemu denganku.Aku merasa sedih sekali
kalau mengingat masa lalu yang indah dengannya.Saat kami berdua jalan-jalan di
sepanjang jalan Diponegoro atau surfing Internet sama-sama.Ah….nggak mungkin
hal tersebut terulang lagi.Biarlah ! Semuanya telah terjadi,sekarang kami hidup
dengan tenang di Solo dan aku meneruskan usaha ayahku di bidang angkutan .

Ima, Si Cewek Imut


Ini pengalamanku dengan anak kelas 6 SD. Aku tuh paling suka sama anak sekitar kelas 6 SD sampai 2 SMP. Kalau aku sendiri adalah mahasiswa tingkat satu di Bandung. Ceritanya pada waktu itu aku sedang jalan-jalan ke toko buku. Aku sedang ingin cari buku komik. Pas sedang cari itu, aku melihat anak yang manis, yah.. pokoknya cute banget deh! Putih, dan karena bajuyang dipakainya agak ketat, buah dadanya yang agak baru tumbuh itu sedikit menjiplak di bajunya, jadi kelihatan runcing begitu.

Aku ajak kenalan saja dia, siapa tahu bisa dapat. Tidak usah aku kasih tahu proses kenalannya ya, soalnya.. ya gitu deh.. pokoknya akhirnya aku tahu itu anak kelas 6 SD dan aku tahu nomor teleponnya. Oh iya, namanya adalah Ima, aku jadi lumayan sering menelepon dia. Habis ternyata anaknya asyik juga. Kami sering ngobrol tentang Boys Band yang dia suka, (bukanberarti aku suka Boys Band, kebetulan adikku banyak tahu, jadi aku ikut-ikutan tahu).Aku sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tapi jarang mau. Sepertinya tidak dibolehi sama ibunya. Tapi akhirnya bisa juga. Sepertinya aku memang sedang falling in love sama si Ima. Setiap pulang sekolah, dia sering aku jemput, lucu deh, jadi seperti jemput adik sendiri, nanti aku dikira pembantu pribadinya sama temennya. Biarin deh, yang penting aku sayang sama Ima.

Nah, pada suatu hari waktu dia pulang sekolah, aku ajak saja ke rumahku. Ternyata dianya mau.Asyik, pikirku. Habis dia tidak pernah mau aku ajak ke rumahku. Dan pas ketika kuajak ke kamarku, dianya mau saja dan untung tidak ada yang melihatku bawa-bawa anak SD, kan malu juga kalau ketahuan punya cewek anak SD. Setelah beberapa kali aku ajak ke rumah, baru kali inidia mau dan mau lagi ke kamar. Kan kalau di kamar suasananya jadi lebih romance dan tenang karena berdua saja. Di kamar kustel kaset West Life, khan lumayan lembut tuh musiknya. Dia suka banget sama itu Boys Band. Pertama-tama kami ngobrol biasa tentang sekolahnya, guru-gurunya, temen-temennya, biasalah anak SD. Eh, kami akhirnya ngobrol tentang pacaran, aku tanya saja.

“Pacar kamu siapa sih..?” sambil senyum.
“Bukannya kamu..” jawabnya.
Waduh, nih anak SD polos amat.. tapi aku seneng sih, dia ngakuin aku.
“Iya nih Ma, aku sayang banget ama kamu,” rayuku.
Dianya diam sambil menatapku malu. Waduh wajahnya itu lho, masih Fresh dan dia manis sekali. Tiba-tiba, gara-gara meliat parasnya yang cute itu, aku jadi ingin mencium bibirnya, tapi dia mau tidak ya?

“Sayang, kamu pernah ciuman belum?” tanyaku.
“Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film,” katanya.
“Mau nyobain tidak?” tanyaku, to the point saja.
Dia diam saja.
“Sama kamu? nggak ah, takut.. malu..” kata Ima.
“Nggak apa-apa lagi..” jawabku.
“Coba ya.. enak kok,” kataku lagi.
“Coba deh merem!” kataku.
Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya. Jantungnya terasa deg-degan, katanya.
“Santai saja, tidak usah tegang,” kataku.

Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya. Lalu perlahan kusentuh bibirku dengan bibirnya. Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di bibirnya, dia belum merespon. Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya. Sekitar lima menit kami berciuman. Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. “Gimana enak tidak?” tanyaku. Dia cuma tersenyum malu-malu, “Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya.. dan nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep,” kata aku.

Dia merem lagi, aku dekati bibirku. Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut. Setelah itu dia masukkan lidahnya ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya. Ketika sedang asyik berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh. Ternyata dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku. Aku masih terus meraba-meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh. Aku mulai nekat, kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar. Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan ciumannya.

“Jangan dimasukkin dong tangannya,” kata dia.
Wah, tampaknya dia belum berani.
“Maaf deh.. aku terlalu nafsu,” kataku.
“Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya,” kataku.
Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di kamarku. Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.

Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku. Soalnya ibunya menjemput terus. Nah, seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku. Pas pulang sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.
“Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?” tanyaku.
Dia tersenyum.
“Mau dong.. yang pakai masukin lidah ya..” kata Ima.
“OK deh..” jawabku.

Dan mulailah kami ber-French kissing. Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran lagi sama dada dia. Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini. Aku mencoba minta ke Ima. “Ma.. aku pengen liat.. liat dada kamu boleh nggak..? Entar enak deh, bisa lebih enak dari pada ciuman,” kataku. Dia diam saja sambil menatap ke arahku. Akhirnya dia mau juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku. “Kamu tenang aja ya..” dia mengangguk. Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya kubuka. Dia menatapku dengan perasaan yang tegang. “Rilex aja lagi.. jangan tegang gitu.. tidak sakit kok,” kataku. Akhirnya dia agak tenang.

Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada mininya itu. “Aku buka semua ya..” kataku. Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka singletnya.Wow.. ternyata indah sekali man..! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya. Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke putingnyayang berwarna pink itu. (PS: Kalau mau mencoba sama anak yang baru tumbuh buah dadanya, hati-hati, soalnya daerah itu masih sensitif sekali. Kalau kesentuh keras sedikit saja, terasa sakit sekali sama dia. Bener tidak?).

Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya. Dia merem ketika aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya. Dia merem ketika aku menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah kenikmatan, “Ssshhssh.. mm..” desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin lancar mengerjai dadanya itu. Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya dan pusarnya. Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal. Bentuk vaginanya gimana ya? aku jadi penasaran gitu. Aku masukkan tanganku ke dalam roknya. Kuusap-usap CD-nya yang melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.

“Ima.. kamu mau tidak membuka rok kamu..?” tanyaku.
“Mau kan sayang..?” tanyaku lagi.
“Tapi tidak apa-apa kan?” tanya Ima.
“Nggak kok..” kataku.
Dia kusuruh tiduran. Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana dalamnya yang berwarna pink (lucu deh, ada gambar Hello Kitty-nya), dan akhirnya aku peloroti CD-nya. Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya. Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku nafsu sekali. Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati bagian dalam vaginanya.

Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih. Ya sudah, aku selesai saja. Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak. Aku terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang. Akhirnya dia mengalami orgasme, “Aahh.. aku lemes..” Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan kucium pipinya.

“Gimana enak kan..?” tanyaku.
“Iya..”
“Tidak apa-apa khan?” kataku.
“Udah sore tuh kamu mau pulang..?” tanya aku.
“Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..” katanya.
“Iya deh sayangku,” kataku sambil kucium keningnya.

Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan cewekku sendiri. Aku sama Ima jalan sampai dua bulan saja, karena bosan. Aku tidak pernah nge-ML sama dia dan aku sudah berjanji tidak mau ML sama dia.

Goyangan Vinda


gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda
kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki
gunung Salak, jalan masuknya cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue
Ferry dateng yang paling belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat
mobil-mobil yang parkir di situ . Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling
murah !!
Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada
beberapa orang tamu . cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang
keren. Ferry langsung ngenalin gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang
aduhai . umurnya kurang lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah
anak seorang bankir di Jakarta.
Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini .. Sambil makan Ferry
bilangin gue kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, “Ndra,
coba elo itung jumlah cowok sama ceweknya sama nggak ?”. Selintas gue hitung dan
ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue langsung nanya, “Emangnya kenapa Fer ?”.
Temen gue ini nyahutin dengan tenang, “Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah
!”. Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang
menarik perhatian gue.
Nama cewek ini, Vinda . tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut
sebahu. Dia memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang
kejantanan gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang
paling bikin gue penasaran adalah pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat
bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana kemari . dan akhirnya
gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah di suatu perguruan
tinggi di daerah Kalibata.
Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat
mike, “Dancing time, guys !!”. Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue
nggak tahan juga akhirnya . gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia
seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan
kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel dan digoyang-goyangkan di
dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget,
akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia
nyahut dengan nakal, “Gimana kalau whisky cola aja ?”. Wah, gile juga nih cewek
. abis kita minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan
Vinda langsung narik gue balik melantai. Dia langsung meluk gue . buah dadanya
langsung terhimpit diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue
pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih .. Akhirnya gue beraniin nyium belakang
telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan
pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue
ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras . akhirnya Vinda
nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya . gue ngerasain lidah kita beradu.
Buat makin ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.
Lagi enak-enaknya kita ciuman, tahu-tahu musik di balikin lagi jadi disco .
bubar deh, rangsangan-rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda
nge-slow dance, rupanya makin banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada
seorang cewek naik ke atas meja dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot,
dan lagi-lagi Elena berteriak lewat mikenya DJ, “It’s free time . hey, Finny .
show your naked body !”. Dan cewek yang lagi joget diatas meja tadi langsung
ngelepasin blusnya dan disusul dengan BHnya, cowok-cowok langsung
bertepuk-tangan dan bersuit-suit, sementara cewek-ceweknya berteriak histeris.
Beberapa diantara mereka langsung mengadakan gerakan-gerakan sex foreplay. Dalam
hati gue berteriak, “Damn, ini yang dimaksud sama Ferry tadi !”.
Akhirnya perhatian gue balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari
belakang . gue cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus
dan tangan gue mulai masuk ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue
mulai meremas buah dadanya, Vinda cuma menggeliat senang di pelukan gue, dan dia
berusaha masukin tangannya ke celana gue. Sesaat kemudian, dia berbisik, “Ndra,
fuck me please . gue udah nggak tahan nih !”, udah itu si Vinda narik gue ke
salah satu kamar di lantai dua.
Begitu pintu ketutup, Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir
gue dan tangannya langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu
dengan nggak sabar dia melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah
berdiri dari tadi nongol keluar dan Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue
dan diarahin ke mulutnya. Dalam sekejap kontol gue setengahnya udah masuk
mulutnya, sementara itu gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain nikmatnya kontol
dihisap dan diemut. Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya Vinda,
ternyata badannya bener bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting
yang berwarna merah tua dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan
bernafsu.
Setelah gue pikir dia cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue
celentangkan di ranjang. Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue
ngeliat bibir kemaluannya tidak ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue
mulai masuk ke vaginanya, gue ngerasa vaginanya mulai basah. Sementara itu,
mulut dan lidah gue mulai bermain-main di teteknya, putingnya adalah sasaran
yang menggairahkan dan tangan gue yang satu nggak ketinggalan mulai
ngeremas-remas teteknya yang mulai mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan
menggeliat merasakan nikmatnya jari dan kecupan gue, tangannya cuma bisa
menarik-narik rambut gue.
Pelan-pelan jari gue bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya,
langsung aja si Vinda mendesah, “Uhghh, Ndra . lagii, emmhh” dan bibir gue
ngerasain teteknya makin tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya
menjelajahi kedua teteknya dan lembah diantaranya, dan jari-jari gue tetap
ngemainin clitorisnya yang membuat Vinda makin menggelinjang-gelinjang dan
desahannya makin keras, “Ohhh, Ndra .. Ufhh, oohhh”. Memeknya terasa makin basah
dan bibir vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya makin menggelora.
Akhirnya, gue ngambil posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue
mulai bekerja dengan mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan
kecupan gue, makin lama dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk
kesisi dalam dari vaginanya. Si Vinda hanya bisa menggelinjang dan mengangkat
pinggulnya, karena mulutnya lagi sibuk ngisep kontol gue. Nggak lama dia
ngelepasin kontol gue dan ngejerit, “Ndra, fuck me .. please, gue nggak tahan
lagi, please !”. Gue putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya,
dengan dua jari gue buka memeknya yang sudah menggembung itu dan gue
gesek-gesekan kepala kontol gue ke bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin
menggelinjang dan mendesah-desah, setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke
memeknya dan gue goyang maju mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang
masuk. Nggak lama Vinda ngejerit lagi, “Ndra . ayo masukin kontol elo semuanya .
yang dalem Ndra .”. Tapi gue cuekin aja permintaannya itu, karena gue pingin
ngebuat dia makin terangsang. Cuma kepala kontol gue yang bersenggolan sama
selaput dara dan kadang-kadang gue ngerasain clitorisnya di ujung kontol gue,
sementara itu goyangan gue makin cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si
Vinda makin nggak tahan untuk dientot, “Indra . ayo dong . entot gue .emmhh,
masukin yang dalem Ndra .” bujuknya manja. “Ok, kalau elo mau ngerasain
panjangnya kontol gue, kita ganti posisi aja”.
Udah itu, gue ngambil posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok
menghadap ke gue. Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke memeknya,
udah itu dia ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam di memeknya
yang basah lembab itu. “Ok, Vin . sekarang elo goyang pelan pelan naik turun,
gimana ?” dan dia nyahut, “Ndra, kontol elo bener-bener fit di memek gue . emmm,
ufhhh “. Terusnya Vinda bergerak naik turun seperti orang naik kuda, gesekan
kontol gue dan memeknya memberikan kenikmatan yang luar biasa, makin lama
gerakannya makin cepat dan desahannya juga makin keras, “Oghhh .. Ohhhh, emmm
… ufghh”. Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang makin
banyak. Sementara itu, tangan gue mengelus-elus punggungnya dan meremas
teteknya, gerakan teteknya yang seirama dengan naik turun badannya benar benar
sensual. Kurang lebih setengah jam si Vinda berkuda diatas kontol gue, dia
ngejerit kecil, “Ndra . ughhhh .. gue orgasme .. Ohhh, ohhh” dan tiba tiba aja
badannya menegang dan dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga ngerasain kontol
gue bener bener basah sama cairan vagina.
Si Vinda gue rebahin di pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue,
setelah itu gue buka kedua pahanya yang putih itu dan gue masukin lagi kontol
gue ke memeknya. Gue senderin kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin
kedua kakinya, gue mulai ngegoyangin pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke
Vinda, “Sekarang giliran gue .”. Awalnya gue goyang dengan lambat dan makin lama
makin cepat, gue ngerasain kenikmatan yang diberikan memeknya si Vinda.
Sementara itu, si Vinda cuma bisa melenguh, “Uhhhg . ohhhh . lagi Ndra . uufhh”
dan meremas-remas teteknya sendiri sambil menggelinjang-gelinjang. Nggak lama,
gue turunin frekuensi goyangan gue . jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya
Vinda. “Ndra . ohhg, masukin yang dalem . uuhhhpp” dan gue sahutin, “OK,
sekarang lingkarin kaki elo di pinggang gue, gue akan tancepin dalem-dalem
kontol gue”. Si Vinda nurut dan gue tarik kontol gue pelan-pelan setelah itu gue
masukin lagi secepat mungkin dengan tenaga penuh, jadi gue masukin kontol gue
dengan sentakan-sentakan bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap kali kontol
gue memasuki memeknya, “Oohhh . uuhhhpp … uuhhhpp . Ndra . lagiii . ohhh .
gilaa . ouchh . “. Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia
merasakan sedikit rasa sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan
Vinda memejamkan matanya, suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue.
Nggak lama kemudian gue ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang
gue dengan keras, demikian juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya
terangkat dari tempat tidur, membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia
menjerit lagi, “Ouchhh . Ndra .. Gue orgasm lagi .. Ouchh” dan gue rebahin badan
gue di atas badannya sambil gue ciumin leher, telinga dan teteknya yang
menggelembung keras. Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di tengah ranjang.
Sambil gue remas teteknya, gue bisikin dia, “Satu session lagi yaa .” dan dia
menyahut, “Elo bener-bener ngebuat gue gila Ndra”. Dengan lutut gue, gue buka
lagi kedua pahanya dan untuk ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di
memeknya. Gue rebahin badan gue menimpa badannya Vinda dan gue ngerasain kedua
teteknya di dada gue, sementara itu kedua tangan Vinda memeluk tubuh gue dengan
erat. Gue cium bibirnya, sehingga kita kembali merasakan lidah-lidah yang beradu
dan gue mulai menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit kemudian,
Vinda mulai menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue merasakan
kenikmatan yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan dada gue.
Setelah itu gue makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai mendesah-desah lagi,
“Ohhg .. Ufhhp”, nggak lama kemudian dia menjerit, “Ndra, gue mau orgasm lagi .
ouchhh”. Terus gue bilang, “Tahan bentar Vin, gue juga mau keluar nih” dan makin
gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda menjerit kecil, “Ndra .. Gue orgasm .
ohhh” dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua menegang dan untuk meredam
jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman. Setelah itu gue merasakan
gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti sebentar lagi air mani gue
menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol gue dari memeknya Vinda.
Akhirnya air mani gue muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu
ngurutin kontol gue, supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda
mulai menjilati kontol gue dan akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu
kita berdua tidur berpelukan kelelahan dengan rasa puas yang tak segera hilang.
Minggu siang, kita berdua kembali ke Jakarta dan gue menghabiskan malam Senin
itu di apartemen Vinda di bilangan Prapanca. Kita berdua bersetubuh lagi dengan
nafsu yang menggelora. Karena Senin itu gue harus kerja, gue tinggalin Vinda
yang masih tidur telanjang dengan pulas. Gue tinggalin pesen di meja riasnya
“Vin, thanks

akibat berbuat baik

Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget,semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.

Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.

Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara “Excuse me, spare some change?” Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.

“Duh kasihan banget” pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
“Ini, silakan”, aku bilang.
“Terima kasih Mas,” kata gadis yang memegang uang.
“Terima kasih kembali” kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main…, gimana kalau aku undang saja tu cewek.

Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald’s, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang “Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?” sambil tertawa.
Aku senyum saja “Oke, Nich beli aja”. Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.

Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.

Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.

Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.

Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.

Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
“Mau Minum Champagne?” tanyanya.
“Boleh”, kataku, “Tapi.., kamu kan masih anak-anak” kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.

Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. “Gile, dikirain becanda” pikirku.

Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.

Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.

Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.

Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!

Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat…, sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, “teknik meminum air”. Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata “do my sister”

Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.

Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.

Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, “Aahh… fuck… shit!

Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.

Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya.

Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.

Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama.

Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.

Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kana